Lima
Alat Pengukur Cuaca
Lima Alat Pengukur
Cuaca
1. Pengukuran Curah
Hujan
Curah Hujan dapat diukur menggunakan
Ombrometer. Banyaknya hujan yang terjadi pada suatu tempat dapat diketahui
dengan pengukuran curah hujan. Alat pengukuran curah hujan disebut Penakar
Hujan atau Ombrometer. Di seluruh Indonesia terdapat sekitar 4.000 unit alat
penakar hujan. Hasil pengukuran curah hujan dikirim ke Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMKG) untuk dianalisis lebih lanjut.
Alat pengukur hujan biasa berfungsi untuk
mengukur jumlah hujan yang jatuh selama 24 jam per hari pada suatu gelas ukur.
Di sisi lain, alat pencatat huja pada
kertas hujan otomatis mencatat jumlah curah hujan pada kertas pencatat setiap
hari atau setiap minggu.
Jumlah curah hujan tidak merata di
seluruh Indonesia. curah hujan di Nusa Tenggara Timur lebih sedikit daripada
curah hujan di Pulau Jawa. Curah hujan paling banyak terjadi selama bertiup
angin musim barat.
Cara mengukur curah hujan dalam hitungan
hari, bulan dan tahun adalah sebagai berikut.
a.
Curah hujan dalam
sehari dihitung dari banyaknya air hujan yang tertampung di gelas ukur (mm).
b.
Curah hujan dalam
sebulan dihitung dengan menjumlah curah hujan tiap hari selama sebulan.
c.
Curah dalam setahun
dihitung dengan cara menjumlahkan curah hujan tiap-tiap bulan dalam setahun.
2. Pengukuran Kelembaban
Udara
Kelembaban udara berkaitan dengan
kandungan air dalam udara. Semakin banyak kandungan air di udara maka udara
tersebut semakin lembab. Semakin banyak matahari menyinari, maka penguapan akan
semakin tinggi. Kelembaban udara dapat diukur menggunakan hygrometer.
Higrometer yang dapat mengukur kelembaban udara secara terus-menerus dan
tercatat disebut higrograf.
Kelembaban udara dibedakan atas dua
jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Kelembaban Absolut, yaitu banyaknya uap air
yang terdapat pada udara di suatu tempat. Kelembaban absolut dinyatakan dengan
banyaknya gram uap air dalam 1 m3 udara.
b. Kelembaban Relatif, yaitu perbandingan
jumlah uap air dalam udara (kelembaban absolut) dengan jumlah uap air maksimum
dalam udara tersebut dalam suhu yang sama dan dinyatakan dalam persen (%).
3. Penentuan Arah angin dan Pengukuran Kecepatan Angin
Angin dapat ditentukan arahnya
menggunakan bendera angin dan kantong angin sedangkan kecepatan angin diukur
dengan menggunakan anemometer. Arah angin menunjukkan arah datangnya angin
bukan kemana angin bergerak. Arah angin dipengaruhi oleh rotasi bumi. Oleh karena
bumi berbentuk bulat, maka terjadi pembelokan arah angin. Di daerah
khatulistiwa pembelokannya sama dengan 0 derajat. Semakin ke utara atau ke
selatan pembelokannya semakin besar.
Untuk pempermudah pemberian informasi,
kecepatan angin diukur dengan menggunakan Skala Beaufort. Untuk lebih jelasnya,
pengukuran kecepatan angin menurut Skala Beaufort dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 1. Contoh Skala
Beaufort dari 0 sampai 29 km/jam.
No.
|
Kecepatan Angin (km/jam)
|
Macam Angin
|
Indikasi di Darat
|
1
|
0 - 1.5
|
Tenang
|
Atap naik lurus
|
2
|
1.6 - 5
|
Udara Cerah
|
Asap mengapung
|
3
|
6.0 - 11
|
Bertiup Ringan
|
daun-daun bergoyang
|
4
|
11.0 - 19
|
Bertiup pelan
|
daun-daun bergoyang
|
5
|
20 - 29
|
Bertiup agak kencang
|
Cabang-cabang kecil bergerak, debu
dan kertas bertebangan
|
4. Pengukuran Tekanan Udara
Tekanan Udara dapat diukur dengan
menggunakan Barometer. Barometer otomatis yang dapat mencatat sendiri disebut
barograph. Besarnya tekanan udara di permukaan bumi adalah 76 cm/Hg atau 760
mmHg atau 1 Atmosfer. Satuan yang digunakan untuk mengukur tekanan udara dalam
meteorology yaitu milibar (mb) dengan konvensi: 1 atm = 1.013 mb.
Orang pertama yang mengukur tekanan
udara ialah Torri Celli (1643). Garis pada peta yang menghubungkan
tempat-tempat dengan tekanan udara yang sama disebut isobar. Daerah yang banyak
menerima panas matahari udaranya akan mengembang dan naik. Oleh karena itu,
daerah tersebut bertekanan udara rendah. Di tempat lain terdapat tekanan udara
tinggi sehingga terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke
daerah bertekanan udara rendah. Gerakan udara tersebut dinamakan Angin.
5. Pengukuran Temperatur Udara
Temperatur atau suhu udara dapat diukur
dengan menggunakan thermometer. Termometer sederhana yang dapat digunakan yaitu
Termometer dinding dan thermometer maksimum-minimum. Termometer yang dapat
mencatat sendiri secara otomatis disebut termograf.
HUJAN
DAN
ALAT
UKUR
HUJAN
Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi
sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan
es) atau aerosol
(seperti embun dan kabut). Awalnya air hujan berasal dari air dari
bumi seperti air laut, air sungai, air danau, air waduk, air rumpon, air sawah,
air comberan, air susu, air jamban, air kolam, air ludah, dan lain sebagainya.
Selain air yang berbentuk fisik, air yang menguap ke udara juga bisa berasal
dari tubuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, serta benda-benda lain yang
mengandung air,Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan.
Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau
aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang
terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan
bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini
disebut sebagai virga. Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi.
Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan
mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui
sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula.
Air-air tersebut
umumnya mengalami proses penguapan atau evaporasi akibat adanya bantuan panas
matahari. Air yang menguap / menjadi uap melayang ke udara dan akhirnya terus
bergerak menuju langit yang tinggi bersama uap-uap air yang lain. Di langit
yang tinggi uap tersebut mengalami proses pemadatan atau kondensasi sehingga
membentuk awan. Dengan bantuan angin awan-awan tersebut dapat bergerak
kesana-kemari baik vertikal, horizontal dan diagonal, Akibat angin atau udara
yang bergerak pula awan-awah saling bertemu dan membesar menuju langit /
atmosfir bumi yang suhunya rendah atau dingin dan akhirnya membentuk butiran es
dan air. Karena berat dan tidak mampu ditopang angin akhirnya butiran-butiran
air atau es tersebut jatuh ke permukaan bumi (proses presipitasi). Karena
semakin rendah suhu udara semakin tinggi maka es atau salju yang terbentuk
mencair menjadi air, namun jika suhunya sangat rendah maka akan turun tetap
sebagai salju.
Tahap-tahap
pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan,
adalah sebagai berikut:
adalah sebagai berikut:
TAHAP - 1Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa,
dengan kata lain, ditiup oleh angin.
TAHAP – 2 Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.
TAHAP – 2 Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.
TAHAP – 3 Pembentukan awan yang bertumpang tindih:
Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih
besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan
udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya.
Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal,
sehingga menyeubabkan
awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan
gmpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu
lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh
semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga
tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari
awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dsb. (Anthes, Richard A.;
John J. Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans A. Panofsky, 1981, The Atmosphere,
s. 269; Millers, Albert; and Jack C. Thompson, 1975, Elements of Meteorology,
s. 141-142) Kita harus ingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini
saja mengetahui proses pembentukan awan hujan ini secara rinci, beserta bentuk
dan fungsinya, dengan menggunakan peralatan mutakhir seperti pesawat terbang,
satelit, komputer, dsb.
JENIS JENIS HUJAN
Ada banyak
sekali jenis jenis hujan, semua itu tergantung dari sudut apa kita memandang nya. Kali
ini saya menerangkan
Jenis-jenis
hujan berdasarkan terjadinya:
Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas
yang naik disertai dengan angin berputar.
hujan yang sering
terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut
dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin tersebut naik dan membentuk
gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan
turunlah hujan.
Hujan orografis, yaitu
hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang bergerak
horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi dingin
sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.
Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara
yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara
kedua massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin
lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan
lebat yang disebut hujan frontal.
Hujan muson atau hujan
musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab
terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu tahunan Matahari
antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson
terjadi bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi
bulan Mei sampai Agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan adanya musim
penghujan dan musim kemarau.
Jenis-jenis
hujan berdasarkan ukuran butirnya:
· Hujan
gerimis / drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm
· Hujan
salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada dibawah 0° Celsius
· Hujan
batu es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari awan yang suhunya
dibawah 0° Celsius
· Hujan
deras / rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 0° Celsius
dengan diameter ±7 mm.
Jenis-jenis
hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG):
· hujan
sedang, 20 – 50 mm per hari
· hujan
lebat, 50-100 mm per hari
· hujan
sangat lebat, di atas 100 mm per hari
Hujan Buatan
Sering kali kebutuhan air tidak dapat dipenuhi dari hujan alami.
Maka orang menciptakan suatu teknik untuk menambah curah hujan dengan
memberikan perlakuan pada awan. Perlakuan ini dinamakan hujan buatan
(rain-making), atau sering pula dinamakan penyemaian awan (cloud-seeding).
Hujan buatan adalah
usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun secara alami dengan
mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang dapat
diubah meliputi proses tumbukan dan penggabungan (collision dan coalescense),
proses pembentukan es (ice nucleation). Jadi jelas bahwa hujan buatan
sebenarnya tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Untuk menerapkan
usaha hujan buatan diperlukan tersedianya awan yang mempunyai kandungan air
yang cukup, sehingga dapat terjadi hujan yang sampai ke tanah.
Bahan yang dipakai
dalam hujan buatan dinamakan bahan semai.
Penjelasan
Jenis-jenis hujan berdasarkan terjadinya:
Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas
yang naik disertai dengan angin berputar.
Gambar hujan siklonal
Hujan Zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah
sekitar ekuator, akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat
Tenggara. Kemudian angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpala Untuk
kepentingan kajian atau praktis, hujan dibedakan menurut terjadinya, ukuran
butirannya, atau curah hujannya. awan di sekitar ekuator yang berakibat awan
menjadi jenuh dan turunlah hujan.
Gambar hujan zenithal
Hujan Orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.
Gambar hujan orografis
Hujan Frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.
Gambar hujan frontal
Hujan Muson, atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan Mei sampai Agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan adanya musim penghujan dan musim kemarau.
Gambar hujan muson
Hujan Asam, juga bisa diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
Gambar hujan asam
Hujan Meteor, Perseid bisa di lihat saat matahari terbenam dan Venus, Saturnus, Mars serta bulan sabit muncul dari barat secara bersamaan. Saat itulah hujan meteor terjadi. Nama Perseid berasal dari nama Rasi bintang Perseus karena hujan meteor ini seolah-olah berasal dari arah rasi bintang itu. Kecepatan meteor tersebut kira-kira 60 kilometer per jam, dan memiliki kilatan meteor yang terang dengan cahaya yang panjangHujan meteor terkadang menawarkan keindahan lain. Tak cuma siraman bintang jauh yang akan menghiasi langit malam, fireball juga bisa muncul sewaktu-waktu. Fireball itu sendiri adalah sebuah cahaya yang besar dan terang yang jatuh diantara hujan Meteor.
Gambar jenis ujan meteor
ALAT ALAT PENGUKUR
HUJAN
-MANUAL
Penakar Hujan
Observatorium (OBS)
Alat ini lebih dikenal
dengan dengan nama Penakar Hujan OBS atau Penakar Hujan Manual, sedang di
kalangan pertanian dan pengairan biasa disebut ombrometer. Sebuah alat yang
digunakan untuk menakar atau mengukur hujan harian.
Penakar Hujan Obs ini
merupakan jejaring alat ukur cuaca terbanyak di Indonesia. Penempatannya 1 PH
Obs mewakili luasan area 50 km2 atau sampai radius 5 km. Fungsinya yang vital
terhadap deteksi awal musim (Hujan/kemarau) menjadikannya sebagai barang yang
dicari dan sangat diperlukan oleh penyuluh, P3A dan kelompok tani yang tersebar
keberadaannya dll. Bahan yang digunakan adalah semurah dan semudah
mendapatkannya. Tujuan akhir pengukuran curah hujan adalah tinggi air yang
tertampung, bukan volumenya. Hujan yang turun jika diasumsikan menyebar merata,
homogen dan menjatuhi wadah (kaleng) dengan penampang yang berbeda akan
memiliki tinggi yang sama dengan catatan faktor menguap, mengalir dan meresap
tidak ada.
Spesifikasi :
a.
Type : Observasi (OBS)
b. Bahan :
-
Ring corong, ring pipa dan kran terbuat dari kuningan.
-
Badan terbuat dari seng kualitas baik dengan ketebalan
- 0.8 mm
atau stainless steel (DOP) ketebalan 0.5 mm.
- Seluruh
badan (kecuali ring corong) dicat luar dalam dengan
cat anti karat warna bronce-metallic.
-
Dilengkapi dengan water pass.
c. Luas corong : 100
cm2
d. Diameter badan
terlebar : 21.5 cm
e. Tinggi badan : 60
cm
-OTOMATIS
PENAKAR HUJAN JENIS HELLMAN
Penakar hujan jenis
Hellman merupakan suatu instrument/alat untuk mengukur curah hujan. Penakar
hujan jenis hellman ini merupakan suatu alat penakar hujan berjenis recording
atau dapat mencatat sendiri.Alat ini dipakai di stasiun-stasiun pengamatan
udara permukaan.Pengamatan dengan menggunakan alat ini dilakukan setiap hari
pada jam-jam tertentu mekipun cuaca dalam keadaan baik/hari sedang cerah.Alat
ini mencatat jumlah curah hujan yang terkumpul dalam bentuk garis vertical yang
tercatat pada kertas pias. Alat ini memerlukan perawatan yang cukup intensif
untuk menghindari kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada alat ini.
Curah hujan merupakan
salah satu parameter cuaca yang mana datanya sangat penting diperoleh untuk
kepentingan BMG dan masyarakat yang memerlukan data curah hujan tersebut.Hujan
memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan manusia,karena dapat memperlancar
atau malah menghambat kegiatan manusia.Oleh karena itu kualitas data curah
hujan yang didapat haruslah bermutu;memiliki keakuratan yang tinggi.Maka
seorang observer / pengamat haruslah mengetahui tentang alat penakar
hujan yang dipakai di stasiun pengamat secara baik. Salah satu
alat penakar hujan yang sering dipakai ialah Penakar
hujan jenis hellman
Penakar
hujan jenis hellman beserta bagian-bagiannya keterangan gambar :
1.Bibir atau mulut
corong
2. Lebar corong
3.Tempat kunci atau
gembok
4.Tangki pelampung
5.Silinder jam tempat
meletakkan pias
6.Tangki pena
7.Tabung tempat
pelampung
8. Pelampung
9. Pintu penakar
hujan
10. Alat penyimpan
data
11.Alat pengatur
tinggi rendah selang gelas (siphon)
12.selang gelas
13.Tempat kunci atau
gembok
14.Panci pengumpul air
hujan bervolume
Cara
Kerja Alat
Jika hujan turun, air
hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung tempat pelampung.
Air hujan ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat atau naik
keatas.Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakkannya selalu
mengikuti tangkai pelampung Gerakkan pena dicatat pada pias yang
ditakkan/digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan tenaga
per.
Jika air dalam tabung
hampir penuh (dapat dilihat pada lengkungan selang gelas),pena
akan mencapai tempat
teratas pada pias.Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang
gelas,maka berdasarkan sistem siphon otomatis (sistem selang air),air dalam
tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung.Bersamaan dengan
keluarnya air,tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias
merupakan garis lurus vertikal.Jika hujan masih terus-menerus turun,maka
pelampung akan naik kembali seperti diatas.Dengan demikian jumlah curah hujan
dapat dihitung atau ditentukan dengan menghitung garis-garis vertical.
Lima
Alat Pengukur Cuaca
Lima Alat Pengukur
Cuaca
1. Pengukuran Curah
Hujan
Curah Hujan dapat diukur menggunakan
Ombrometer. Banyaknya hujan yang terjadi pada suatu tempat dapat diketahui
dengan pengukuran curah hujan. Alat pengukuran curah hujan disebut Penakar
Hujan atau Ombrometer. Di seluruh Indonesia terdapat sekitar 4.000 unit alat
penakar hujan. Hasil pengukuran curah hujan dikirim ke Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMKG) untuk dianalisis lebih lanjut.
Alat pengukur hujan biasa berfungsi untuk
mengukur jumlah hujan yang jatuh selama 24 jam per hari pada suatu gelas ukur.
Di sisi lain, alat pencatat huja pada
kertas hujan otomatis mencatat jumlah curah hujan pada kertas pencatat setiap
hari atau setiap minggu.
Jumlah curah hujan tidak merata di
seluruh Indonesia. curah hujan di Nusa Tenggara Timur lebih sedikit daripada
curah hujan di Pulau Jawa. Curah hujan paling banyak terjadi selama bertiup
angin musim barat.
Cara mengukur curah hujan dalam hitungan
hari, bulan dan tahun adalah sebagai berikut.
a.
Curah hujan dalam
sehari dihitung dari banyaknya air hujan yang tertampung di gelas ukur (mm).
b.
Curah hujan dalam
sebulan dihitung dengan menjumlah curah hujan tiap hari selama sebulan.
c.
Curah dalam setahun
dihitung dengan cara menjumlahkan curah hujan tiap-tiap bulan dalam setahun.
2. Pengukuran Kelembaban
Udara
Kelembaban udara berkaitan dengan
kandungan air dalam udara. Semakin banyak kandungan air di udara maka udara
tersebut semakin lembab. Semakin banyak matahari menyinari, maka penguapan akan
semakin tinggi. Kelembaban udara dapat diukur menggunakan hygrometer.
Higrometer yang dapat mengukur kelembaban udara secara terus-menerus dan
tercatat disebut higrograf.
Kelembaban udara dibedakan atas dua
jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Kelembaban Absolut, yaitu banyaknya uap air
yang terdapat pada udara di suatu tempat. Kelembaban absolut dinyatakan dengan
banyaknya gram uap air dalam 1 m3 udara.
b. Kelembaban Relatif, yaitu perbandingan
jumlah uap air dalam udara (kelembaban absolut) dengan jumlah uap air maksimum
dalam udara tersebut dalam suhu yang sama dan dinyatakan dalam persen (%).
3. Penentuan Arah angin dan Pengukuran Kecepatan Angin
Angin dapat ditentukan arahnya
menggunakan bendera angin dan kantong angin sedangkan kecepatan angin diukur
dengan menggunakan anemometer. Arah angin menunjukkan arah datangnya angin
bukan kemana angin bergerak. Arah angin dipengaruhi oleh rotasi bumi. Oleh
karena bumi berbentuk bulat, maka terjadi pembelokan arah angin. Di daerah
khatulistiwa pembelokannya sama dengan 0 derajat. Semakin ke utara atau ke
selatan pembelokannya semakin besar.
Untuk pempermudah pemberian informasi,
kecepatan angin diukur dengan menggunakan Skala Beaufort. Untuk lebih jelasnya,
pengukuran kecepatan angin menurut Skala Beaufort dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 1. Contoh Skala
Beaufort dari 0 sampai 29 km/jam.
No.
|
Kecepatan Angin (km/jam)
|
Macam Angin
|
Indikasi di Darat
|
1
|
0 - 1.5
|
Tenang
|
Atap naik lurus
|
2
|
1.6 - 5
|
Udara Cerah
|
Asap mengapung
|
3
|
6.0 - 11
|
Bertiup Ringan
|
daun-daun bergoyang
|
4
|
11.0 - 19
|
Bertiup pelan
|
daun-daun bergoyang
|
5
|
20 - 29
|
Bertiup agak kencang
|
Cabang-cabang kecil bergerak, debu
dan kertas bertebangan
|
4. Pengukuran Tekanan Udara
Tekanan Udara dapat diukur dengan
menggunakan Barometer. Barometer otomatis yang dapat mencatat sendiri disebut
barograph. Besarnya tekanan udara di permukaan bumi adalah 76 cm/Hg atau 760
mmHg atau 1 Atmosfer. Satuan yang digunakan untuk mengukur tekanan udara dalam
meteorology yaitu milibar (mb) dengan konvensi: 1 atm = 1.013 mb.
Orang pertama yang mengukur tekanan
udara ialah Torri Celli (1643). Garis pada peta yang menghubungkan
tempat-tempat dengan tekanan udara yang sama disebut isobar. Daerah yang banyak
menerima panas matahari udaranya akan mengembang dan naik. Oleh karena itu,
daerah tersebut bertekanan udara rendah. Di tempat lain terdapat tekanan udara
tinggi sehingga terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke
daerah bertekanan udara rendah. Gerakan udara tersebut dinamakan Angin.
5. Pengukuran Temperatur Udara
Temperatur atau suhu udara dapat diukur
dengan menggunakan thermometer. Termometer sederhana yang dapat digunakan yaitu
Termometer dinding dan thermometer maksimum-minimum. Termometer yang dapat
mencatat sendiri secara otomatis disebut termograf.
Catatan suhu pada thermometer dapat menunjukkan adanya
perubahan suhu udara sepanjang hari. Hasil pengukuran suhu dalam satu hari
kemudian dirata-ratakan sehingga akan didapatkan besaran suhu tertentu yang
disebut suhu harian. Dari catatan suhu harian selama sebulan, ternyata besar
suhu harian tidak sama. Suhu harian selama sebulam dirata-ratakan sehingga
diperoleh suhu bulanan. Suhu bulanan pun berbeda-beda dalam setahun. Suhu udara
di daratan rendah lebih tinggi daripada di pegunungan. Demikian pula suhu udara
di daerah tropis lebih tinggi daripada di daerah lintang sedang dan daerah
kutub.
EmoticonEmoticon