Diin Al-Islam

12:55 AM





BAB I
PENDAHULUAN
A.            LATAR BELAKANG
          Agama merupakan sebuah aturan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, kedudukan agama dengan manusia bagaikan jasad dengan rohnya, musik dengan lagunya. Agama itupun merupakan tatanan aturan atau undang – undang hidup bagi manusia.
          Manusia sebagai makhluk sosial yang dapat beradaptasi merupakan modal awal untuk mengurus alam serta memahami aturan – aturan yang diturunkan sebagai pedoman hidup.  Hidup merupakan penciptaan awal, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 28: Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, Kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
          Interpretasi dari kata menghidupkan adalah manusia sebelumnya pernah ada hingga akhir dimulai ciptaan awalnya. Hidup berati menghidupan kehidupan dimuka bumi dan perkembangannya. Dengan adanya kehidupan dimuka bumi, maka kebutuhan manusia sangatlah kuat untuk mempertahankan kehidupannya. Denga meningkatnya kebutuhan tersebut maka interaksi sosial sangatlah dibutuhkan.
          Kehidupan dinyatakan dalam kerja atau amal perbuatanya. Nilai- nilai tidak dapat dikatakan hidup dan berarti sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan amaliah yang kongkrit. Nilai hidup manusia tergantung kepada nilai kerjanya. Di dalam dan melalui amal perbuatan yang berperikemanusiaan (fitrah sesuai dengan tuntutan hati nurani) manusia mengecap kebahagiaan, dan sebaliknya di dalam dan melalui amal perbuatan yang tidak berperikemanusiaan (jihad) ia menderita kepedihan. Hidup yang pernuh dan berarti ialah yang dijalani dengan sungguh-sungguh dan sempurna, yang didalamnya manusia dapat mewujudkan dirinya dengan mengembangkan kecakapan-kecakapan dan memenuhi keperluan-keperluannya. Manusia yang hidup berarti dan berharga ialah dia yang merasakan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan yang membawa perubahan kearah kemajuan-kemajuan baik yang mengenai alam maupun masyarakat yaitu hidup berjuang dalam arti yang seluas-luasnya. Dia diliputi oleh semangatmencari kebaikan, keindahan dan kebenaran. Dia menyerap segala sesuatu yang baru dan berharga sesuai dengan perkembangan kemanusiaan dan menyatakan dalam hidup berperadaban dan berkebudayaan. Dia adalah aktif, kreatif dan kaya akan kebijaksanaan (Wisdom, Hikmah). Dia berpengalaman luas, berpikir bebas, berpandangan lapang dan terbuka, bersedia mengikuti kebenaran dari manapun datangnya. Dia adalah manusia toleran dalam arti kata yang benar, penahan amarah dan pemaaf. Keutamaan itu merupakan kekayaan manusia yang menjadi milik daripada pribadi-pribadi yang senantiasa berkembang dan selamanya tumbuh kearah yang lebih baik.
          Seorang manusia sejati (Insan Kamil) ialah yang kegiatan mental dan phisiknya merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan kerja rohani bukanlah dua kenyataan yang terpisah. Malahan dia tidak mengenal perbedaan antara kerja dan kesenangan, kerja baginya adalah kesenggangan dan kesenangan ada dalam dan melalui kerja. Dia berkepribadian, merdeka, memiliki dirinya sendiri, menyatakan ke luar corak perorangannya dan mengembangkan kepribadian dan wataknya secara harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan antara kehidupan individu dan kehidupan komunal, tidak membedakan antara perorangan dan sebagai anggota masyarakat, hak dan kewajiban serta kegiatan-kegiatan untuk dirinya adalah juga sekaligus untuk sesama ummat manusia.
          Baginya tidak ada pembagian dua (dichotomy) antara kegiatan-kegiatan rokhani dan jasmani, pribadi dan masyarakat, agama dan politik maupun dunia akherat. Kesemuanya dimanifestasikan dalam suatu kesatuan kerja yang tunggal pancaran niatnya, yaitu mencari kebaikan, keindahan dan kebenaran. Dia seorang yang ikhlas, artinya seluruh amal perbuatannya benar-benar berasal dari dirinya sendiri dan merupakan pancaran langsung dari pada kecenderungannya yang suci yang murni. Suatu pekerjaan dilakukan karena keyakinan akan nilai pekerjaan itu sendiri bagi kebaikan dan kebenaran, bukan karena hendak memperoleh tujuan lain yang nilainya lebih rendah (pamrih). Kerja yang ikhlas mengangkat nilai kemanusiaan pelakunya dan memberikannya kebahagiaan. Hal itu akan menghilangkan sebab-sebab suatu jenis pekerjaan ditinggalkan dan kerja amal akan menjadi kegiatan kemanusiaan yang paling berharga. Keikhlasan adalah kunci kebahagiaan hidup manusia, tidak ada kebahagiaan sejati tanpa keikhlasan dan keikhlasan selalu menimbulkan kebahagiaan. Hidup fitrah ialah bekerja secara ikhlas yang memancarkan dari hati nurani yang hanief atau suci. Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan. Kemerdekaan dalam arti kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh kemauan yang murni, kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih sehingga pekerjaan itu benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani. Keikhlasan merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal dari perkembangan tak terkekang daripada kemauan baiknya. Keikhlasan adalah gambaran terpenting daripada kehidupan manusia sejati. Kehidupan sekarang di dunia dan abadi (External) berupa kehidupan kelak sesudah mati di akherat. Dalam aspek pertama manusia melakukan amal perbuatan dengan baik dan buruk yang harus dipikul secara individual, dan komunal sekaligus. Sedangkan dalam aspek kedua manusia tidak lagi melakukan amal perbuatan, melainkan hanya menerima akibat baik dan buruknya dari amalnya dahulu di dunia secara individual. Di akherat tidak terdapat pertanggung jawaban perseorangan (Mutlak). Manusia dilahirkan sebagai individu, hidup ditengah alam dan masyarakat sesamanya, kemudian menjadi individu kembali. Jadi individualitas adalah pernyataan asasi yang pertama dan terakhir, dari pada kemanusiaan, serta letak kebenarannya daripada nilai kemanusiaan itu sendiri. Karena individu adalah penanggung jawab terakhir dan mutlak daripada awal perbuatannya, maka kemerdekaan pribadi, adalah haknya yang pertama dan asasi. Tetapi individualitas hanyalah pernyataan yang asasi dan primer saja dari pada kemanusiaan. Kenyataan lain, sekalipun sifat sekunder , ialah bahwa individu dalam suatu hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya. Manusia hidup ditengah alam sebagai makhluk sosial hidup ditengah sesama. Dari segi ini manusia adalah bagian dari keseluruhan alam yang merupakan satu kesatuan. Oleh karena itu kemerdekaan harus diciptakan untuk pribadi dalam kontek hidup ditengah masyarakat. Sekalipun kemerdekaan adalah esensi daripada kemanusiaan, tidak berarti bahwa manusia selalu dan dimana saja merdeka. Adanya batas-batas dari kemerdekaan adalah suatu kenyataan. Batas-batas tertentu itu dikarenakan adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai alam. Hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia sendiri yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada kemauan manusia. Hukum-hukum itu mengakibatkan adanya "Keharusan Universal " atau "Kepastian Hukum " dan takdir. 3) jadi kalau kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam kontek hidup di tengah alam dan masyarakat dimana terdapat keharusan universal yang tidak tertaklukan, maka apakah bentuk yang harus dipunyai oleh seseorang kepada dunia sekitarnya ? Sudah tentu bukan hubungan penyerahan, sebab penyerahan berarti peniadaan terhadap kemerdekaan itu sendiri. Pengakuan akan adanya keharusan universal yang diartikan sebagai penyerahan kepadanya sebelum suatu usaha dilakukan berarti perbudakan. Pengakuan akan adanya kepastian umum atau takdir hanyalah pengakuan akan adanya batas-batas kemerdekaan. Sebaliknya suatu persyaratan yang positif daripada kemerdekaan adalah pengetahuan tentang adanya kemungkinan-kemungkinan kretif manusia. Yaitu tempat bagi adanya usaha yang bebas dan dinamakan "Ikhtiar" artinya pilih merdeka. Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga berarti kegiatan dari manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan sendiri dimana manusia berbuat sebagai pribadi banyak segi yang integral dan bebas; dan dimana manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain kecuali oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan. Tanpa adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar, manusia menjadi tidak merdeka dan menjadi tidak bisa dimengerti untuk memberikan pertanggung jawaban pribadi dari amal perbuatannya. Kegiatan merdeka berarti perbuatan manusia yang merubah dunia dan dirinya sendiri. Jadi sekalipun terdapat keharusan universal atau takdir manusia dengan haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan aktif dan menentukan bagi dunia dan dirinya sendiri. Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu kejadian sebelum kejadian itu menjadi kenyataan. Maka percaya kepada takdir akan membawa keseimbangan jiwa tidak terlalu berputus asa karena suatu kegagalan dan tidak perlu membanggakan diri karena suatu kemunduran. Sebab segala sesuatu tidak hanya terkandung pada dirinya sendiri, melainkan juga kepada keharusan yang universal itu.
B.              RUMUSAN MASALAH
Makalah yang berjudul Esensi Ajaran Islam Terhadap Kemasyarakatan, didalamnya membahas tentang berbagai hal, diantaranya adalah :
1.      Diin Al-Islam Menurut Kontek Al-Quran
2.      Ajaran Agama Islam Tentang Kemasyarakatan
C.             TUJUAN PENULISAN
          Adapun tujuan yang diharapkan dalam penulisan makalah ini diantaranya:
1.      Mengetahui Pengertian Diin Al-Islam Menurut Kontek Al-Quran
2.      Mengetahui Esensi Ajaran Agama Islam Tentang Kemasyarakatan
BAB II
PEMBAHASAN
A.        Diin Al-Islam Menurut Kontek Al-Quran
Diin Al-Islam adalah merupakan aturan hidup yang dimana banyak membahas tentang aturan main hidup manusia, maka di dalamnya termasuk tata cara hidup sosila,  ekonomi, berpolitik, berbudaya, berteknologi, berbahasa cdan sebagainya. Jadi Diin Al-Islam merupakan tatacara  hidup dan kehidupan yang saling menyelamatkan.
8
Makna Diin Al-Islam, dapat diketahui dan dirasakan oleh seluruh umat manusia yang dimana dia menggunakan akal fikiran sebagai tanda kesempurnaan manusia. Imam Ghajali berpendapat bahwa manusia itu disebut Haytun natik ( Hewan Berpikir ). Jadi perbedaan antara manusia dengan hewan lain ialah terletak dalam penggunaan akal pikirannya untuk menghasilkan sebuah tujuan yang dia harapkan. Akal pikiran yang digunakan manusia merupkan alat menetalisir hawa napsu yang ada dalam diri manusia. Hawa nafsu pun bagian dari unsur yang ada dalam diri manusia, kalau manusia banyak menggunakan hawa nafsunya maka diaakan terjerumus terhadap hal yang sangat merugikan, kehancuran. Agar manusia tidak terjerumus kepada kehancuran di dunia dan akherat maka manusia harus mengikuti pembinaan yang sudah tersusun secara rapih ialah Diin Al-Islam. Sebab tidak ada agama yang sesempurna dalam aturanya kecuali Agama Islam. Manusia yang terbina dengan ajaran Agama Islam, maka mereka akan mendapatkan keberkahan, rahmat, dan selalu memperoleh petunjuk kepada jalan yang benar. Pada dasarnya pola pikir yang digunakan manusia merupakan pemikiran yang benar sebab otak manusia apabila dipergunakan kepada yang tidak benar dia akan mengalami beban yang berat. Jadi pandangan benar itu sampai mana ?. Pandangan benar dalam ajaran Agama Islam ialah bukan sebatas benar menurut sendii saja akan tetapi benar menurut Agama, dan lingkungan dimana dia diam. Sesungguhnya asas pertama kali yang tegak diatasnya masyarakat Islam adalah aqidah, itulah aqidah Islam. Maka tugas masyarakat yang pertama adalah memelihara aqidah, menjaga dan memperkuat serta memancarkan sinarnya ke seluruh penjuru dunia. Aqidah Islam ada pada keimanan kita kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari kemudian, sebagaimana firman Allah SWT: "Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan:) "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya, " dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat," (Mereka berdo'a:) "Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Al Baqarah: 285) . Islam merupakan  Diin yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, yang berkembang sampai saat ini.  Diin Al-Islam Menurut Kontek al-Quran itu bermacam-macam, misalnya;
ü  Sabiil = jalan; seperti yang tercantum dalam surat An-Nahl ayat 125 :
Artinya : “  serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. ( Q.S. An-Nahl ; 125 ).

ü  At-Thariq = jalan, seperti yang tercantum dalam surat Al-Ahqaf ayat 30; 
Artinya : “ mereka berkata: "Hai kaum Kami, Sesungguhnya Kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus”. ( Q.S. Al-Ahqaf:30 ).
Di dalam Diin Al-Islam adalah merupakan aturan hidup yang di mana banyak membahas tentang aturan main hidup manusia, maka di dalamnya termasuk tata cara hidup sosial, ekonomi, berpolitik, berbudaya, berteknologi, berbahasa dan sebagainya. Jadi Diin Al-Islam merupakan tata cara  hidup dan kehidupan yang saling menyelamatkan. Makna Diin Al-Islam, dapat diketahui dan dirasakan oleh seluruh umat manusia yang di mana dia menggunakan akal fikiran sebagai tanda kesempurnaan manusia. Imam Ghazali berpendapat bahwa manusia itu disebut Hayatun natiq ( Hewan Berpikir ). Jadi perbedaan antara manusia dengan hewan lain ialah terletak dalam penggunaan akal pikirannya untuk menghasilkan sebuah tujuan yang dia harapkan. Akal pikiran yang digunakan manusia merupkan alat menetalisir hawa napsu yang ada dalam diri manusia. Hawa nafsu pun bagian dari unsur yang ada dalam diri manusia, kalau manusia banyak menggunakan hawa nafsunya maka dia akan terjerumus terhadap hal yang sangat merugikan, kehancuran. Agar manusia tidak terjerumus kepada kehancuran di dunia dan akherat maka manusia harus mengikuti pembinaan yang sudah tersusun secara rapih ialah Diin Al-Islam. Sebab tidak ada agama yang sesempurna dalam aturanya kecuali Agama Islam. Manusia yang terbina dengan ajaran Agama Islam, maka mereka akan mendapatkan keberkahan, rahmat, dan selalu memperoleh petunjuk kepada jalan yang benar. Pada dasarnya pola pikir yang digunakan manusia merupakan pemikiran yang benar sebab otak manusia apabila dipergunakan kepada yang tidak benar dia akan mengalami beban yang berat. Jadi pandangan benar itu sampai mana ?. Pandangan benar dalam ajaran Agama Islam ialah bukan sebatas benar menurut sendiri saja akan tetapi benar menurut Agama, dan lingkungan di mana dia diam. Kata diin atau ad-diin adalah kata arab asli, bukan kata  non-arab yang diarabkan, dan bukan bahasa persia seperti yang sementara pihak. Diin digunakan untuk empat makna:
1.      Hukum, cara mengatasi suatu hal, penundukan, pelaksanaan dan perhitungan. Jadi, jika dikatakan “daanahu diinan” atau”daana an-naas”, maka artinya ialah menundukan dia dengan sebenar-benarnya, atau atas menundukan umat manusia. Dalam sebuah hadist dikatakan “ al-kayyisu man daana nafsahu wa’amila limaa ba’da al-maut,” ( orang yang bijak adalah orang yang dapat menundukan dirinya dan bekerja untuk apa (yang mendatangkan kebahagianya sesudah mati)). Kata pelaku ( isim fa’il) ialah dayyan yang diartikan dengan kata ghalib dan ghahir (pemenang, penakluk). Al-a’sya al-hirmazi pernah memanggil nama Nabi Muhammad dengan kata-kata, “ya dayyan al’arab” (wahai Nabi yang menundukan bangsa Arab kepada Allah).
2.      Merendah, menghamba, menaati. Kata “daana lahu” berarti yang membuatnya merendah, seperti dalam susunan kalimat, “Diintuhum, fadaanu” yang berarti, aku menaklukan mereka, maka mereka pun merendah. Dalam sebuah hadist, Nabi bersabda, “uriidu min quraisy kalimatan tadiinu biha al’arab” (aku (nabi) ingin orang-orang quraisy (mengucapkan sebuah) kalimat (laa ilaaha illallaah) yang ditaati oleh orang-orang Arab.
3.      Balasan, perhitungan, dan pahala. Makna itu didasarkan pada keterangan kamus “taaj al-aruus” dan keterangan az-zamakhsyari dalam kitab “ asas al-balaghah.” Dia berkata,” diintuhu bima shana’a” (aku membalas apa yang telah dilakukannya), “maliki yaumiddiin”(Allah adalah penguasa di   hari pembalasan), dan hadist menyebutkan “ innallaah layadiinu li aj-jamaai min dzati al-qorni” ( sungguh Allah akan membalas penyembelihan hewan qurban yang belang kepalanya (tapi) bertanduk).
4.      Kepercayaan, akidah. Dikatakan, “ daana bi asy-syay’i” ( dia menjadikan hal (pemikiran) itu sebagai agama atau mazhabnya). Disini, diin berarti jalan atau tata cara tertentu yang diikuti seseorang.
Secara umum, Ibnu faris dalam “maqaayis al-lughah” mengatakan, bahwa diin ada pokonya punya semacam pengertian ‘tunduk’ dan ‘merendah’.  Dari pendapat di atas ternyata kata diin mempunyai banyak makna, perbedaan makna tersebut biasa terjadi pada diri manusia yang mempunyai pengetahuan yang berbeda-beda atau pendidikan yang berbeda pula. Ketika kita mencoba menafsirkan sendiri pasti ada perbedaan yang muncul. Jadi, jangan aneh ketika kita sudah melihat dan membaca beberapa tafsiran di atas tadi dalam benak kita muncul pertanyaan kenapa banyak pendapat? Demikan makna kata “Diin” dalam buku para ahli bahasa Arab. Dan kalau kita ingin menerapkan makna-makna yang sudah diterangkan  itu terhadap kata “Diin” yang disebutkan dalam Al-Qur’an 92 kali. Maka ternyata Al-Qur’an juga mengunakan makna-makna itu:
-          Diin berarti bahwa kekusaan tertinggi dan pembuatan hukum hanya dipunyai oleh Allah.
-          Diin berarti ketaatan dan kepatuhan kepada hukum dan kekuasaan-Nya itu. Dua makna tersebut tak dapat dipisahkan satu sama lain (talazum), sebagaimana dapat dibaca pada ayat berikut:
  1. Al-Mukmin ayat 64-65
artinya “Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki dengan sebahagian yang baik-baik. yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam”.“ Dialah yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia; Maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”.
  1. Ali-Imran ayat 83
83. “ Maka Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan”
3.     An-Nahl  ayat 52
52. “Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain Allah?
  1. Al-Bayyinah ayat 5
5.“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”.
Dalam ayat di atas , diin mempunyai arti, ‘kekuasan tertinggi’ dan perintah ketaatan kepada-Nya serta keihklasan (kemurnian hati) untuk menerima-Nya dan merendah terhadap-Nya. Keikhlasan yang dimaksud di sini adalah hendaknya manusia tidak menyerahkan dirinya sama sekali kepada selain Allah dalam segala hal (Allah harus dipercaya sebagai satu-satunya pembuat hukum, hukum-Nya diimani sebagai satu-satunya hukum, dan perintah-Nya ditunduki secara total). Hal yang harus dipahami juga bahwa ‘keikhlasan’ menuntut penghambaan yang asli atau murni, yakni tidak menyembah apapun selain Allah , sehingga nilai substansinya dapat dirasakan oleh manusia itu sendiri. Ketika, manusia kurang memahami bahkan tidak paham nantinya akan salah arah. Allah sebagai Tuhan semesta alam mempunyai arti yang sangat subtansial terhadap prilku manusia ketika di dunia jangan hanya diartikan sebagai  nilai seremonial belakan.
B.         Ajaran Agama Islam Tentang Kemasyarakatan
            Islam merupakan agama yang di mana banyak mengatur tentang manusia yang memeluknya baik dalam hal individu maupun sosial. Manusia yang ada di muka bumi tidak bisa hidup secara individual oleh karena itu ajaran agama islam mengatur tatanan hidup manusia yang ada di muka bumi dalam hidup bermasyarakat.   
48.  Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu.

            Manusia adalah puncak ciptaan, merupakan mahluk yang tertinggi dan adalah wakil dari Tuhan di bumi. Sesuatu yang membuat manusia yang menjadi manusia bukan hanya beberapa sifat atau kegiatan yang ada padanya, melainkan suatu keseluruhan susunan sebagai sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan yang khusus dimiliki manusia saja yaitu Fitrah. Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung kepada kebenaran (Hanief). Seorang manusia sejati (insan kamil) ialah yang kegiatan mental dan phisiknya merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan kerja rohani bukanlah dua kenyataan yang terpisah. Malahan dia tidak mengenal perbedaan antara kerja dan kesenangan, kerja baginya adalah kesenggangan dan kesenangan ada dalam dan melalui kerja. Dia berkepribadian, merdeka, memiliki dirinya sendiri, menyatakan ke luar corak perorangannya dan mengembangkan kepribadian dan wataknya secara harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan antara kehidupan individu dan kehidupan komunal, tidak membedakan antara perorangan dan sebagai anggota masyarakat, hak dan kewajiban serta kegiatan-kegiatan untuk dirinya adalah juga sekaligus untuk sesama ummat manusia. Maka dalam masyarakat itulah kemerdekaan asasi diwujudkan (Nurcholish madjid, 1971: 49 ). 
            Sejalan dengan prinsip kemanusiaan dan kemerdekaan, dalam kehidupan teratur tiap – tiap orang harus diberi kesempatan untuk memilih dari berbagai kemungkinan.
a.     Islam Sebagai Agama
            Ditinjau dari segi etimologi atau asal usul bahasa kata islam berasal dari bahasa arab yaitu Aslama – Yuslimu, yang berarti berserah diri, patuh, taat, tunduk kepada ajaran, tuntunan, petunjuk dan pelaturan hukum. Diterangkan dalam surat al-Imran ayat 83:
83.  Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.( QS. Al-Imran: 83 )
            Selain itu kata islam juga berasal dari kata Asslim, artinya perdamaian, kerukunan, keamanan. Maksudnya agama Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk melakukan perdamaian, keamanan dalam kehidupan peribadi dan bermasyarakat. Islam juga diambil dari kata Aslama yanga artinya selamat, sejahtra, bahagia. Maksudnya agama islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk mewujudkan keselamatan, kesejahtraan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dan bernegara. Sebagaimana diterangkan dalam Al-Quran surat Az-Zumar ayat 73:
73.  Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga berombong-rombongan (pula). sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya Telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya". ( QS. Az-Zumar: 73 ).

                Ditinjau secara termilogi/istilah, islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah kepada manusia melalui Rasul-Nya,yang berisi hukum mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam ( Ahmad Abdullah, Depag RI: 2000 ).  Drs. Sidi Gazalba (1991) mendefinisakan Agama adalah kepercayaan pada hubungan manusia dengan yang kudus, dihayati sebagai hakekat gaib, hubungan yang menyatakan diri dalam bentuk serta sistem kultus dan sikap hidup berdasarkan dokrin tertentu. Dari definisi itu kita bisa menyimpulkan bahwa agama merupakan aturan tertentu anatara manusia dengan Tuhannya yang berdasarkan dokrin tententu. Dari rumusan definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa yang disebut Agama ialah:
1.      Suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan
2.      Suatu sistem penyembahan kepada Tuhan
3.      Suatu sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan  (hubungnan Vertikal ) dan hubungan manusuia dengan manusia (Hubungan Horizontal ).
            Adapun unsur Agama menurut Harun Nasution (1999) menyatakan agama dapat disebut agama jika memenuhi empat unsur penting yang harus ada dalam agama,
a.      Unsur kenyakinan atau kepercayaan ( credial ). Adanya kenyakinan manusia terhadap sesuatu yang gaib yang memiliki kekuatan untuk menciptakan dan mengatur alam semesta ini, dan kenyakinan tentang adanya Tuhan.
b.      Unsur penyembahan atau peribadatan ( ritual ). Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada Tuhan sebagai minta tolong. Oleh karena itu, manusia harus mempunyai hubungan baik atau menyembah pada Tuhan yang telah mereka yakini tersebut. Hubugan baik ini dapat diwujudkan dengan mematuhi segala perintah dan menjauhi larangannya.
c.       Unsur aturan atau tata cara dalam peribadatan ( ritus ). Adanya aturan hukum yang berupa kitab suci yang mengandung ajaran – ajaran agama tersebut dan mengatur tata cara penyembahan kepada Tuhan yang mereka yakini. Jadi, bukan hanya dinyakini dan disembah. Akan tetapi, tata cara tersebut diatur dalam sebuah kitab suci.
d.      Respon yang bersifat emosional dari manusia. Respon itu bisa merupakan perasaan takut atau perasaan cinta yang sangat mendalam terhadap agama yang telah dipeluknya ( fanatik beragama) yang kadang kala sangat ekstrim dalam mebela agamanya dengan berlebihan jika agamannya dihina oleh agama lain.
            Dari uraian diatas, menerangkan bahwa agama merupakan sebuah tatanan hidup bagi umat manusia yang mengatur hubungan manusia dengan yang menciptakan ( khalik ) dan hubungan manusia dengan manusia serta alam.  Islam sebagai agama sangatlah mengatur tentang tatanan hidup umatnya ( pemeluknya) dalam segala hal. Manfaat agama bagi manusia menjadi pedoman hidup. Orang yang sudah terbiasa menjalankan aturan kehidupan beragama, tanpa adanya pengawasaan akan ringanlah menjalankan undang – undang masyarakat dan negara. Jelaslah bahwa agama sangat bermamfaat bagi kehidupan manusia terutama bagi siapa yang memeluknya. 

b.         Pandangan Ajaran Agama Islam Terhadap Kemasyarakatan
            Manusia sangatlah membutuhkan agama yang dimana manusia dan agama bagaikan irama dan lagu, jasad dan ruh. Oleh karena itu, Allah menurunkan agama bagi manusia untuk dijadikan pedoman dan panduan dalam perjalanan hidup manusia di dunia. Islam sebagai Agama, sangat jelaslah bahwa ajarannya itu memperhatikan kehidupan bermasyarakat.  
            Di dalam konsep bermasyarakat ada unsur individu, yang dimana pengertian individu dalam konsep sosial yang digunakan sehari – hari menunjukan pada orang peribadi tertentu. Dalam konsep ilmu sosilogis individu menunjukan kepada subjek yang melakukan sesuatu, memiliki pikiran, mempunyai kehendak, memiliki kebebasan, memberi arti pada sesuatu, mampu menilai tindakan dan hasil tindakan. Intinya, individu merupakan subjek yang bertindak. Agama merupakan suatu sistem interaksi yang sangat berpengaruh terhadap bertahannya masyarakat.  Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan bisa hidup sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dalam hal ini hidup bermasyarakat itulah kemerdekaan asasi diwujudkan. Justru karena adanya kemerdekaan pribadi itu maka timbul perbedaan-perbedaan antara suatu pribadi dengan lainnya. Sebenarnya perbedaan-perbedaan itu adalah untuk kebaikannya sendiri : sebab kenyataan yang penting dan prinsipil, ialah bahwa kehidupan ekonomi, sosial, dan kultural menghendaki pembagian kerja yang berbeda-beda. Pemenuhan suatu bidang kegiatan guna kepentingan masyarakat adalah suatu keharusan, sekalipun hanya oleh sebagian anggota saja. Namun sejalan dengan prinsip kemanusiaan dan kemerdekaan, dalam kehidupan yang teratur tiap-tiap orang harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya melalui aktifitas dan kerja yang sesuai dengan kecenderungannya dan bakatnya. Namun inilah kontradiksi yang ada pada manusia dia adalah mahkluk yang sempurna dengan kecerdasan dan kemerdekaannya dapat berbuat baik kepada sesamanya, tetapi pada waktu yang sama ia merasakan adanya pertentangan yang konstan dan keinginan tak terbatas sebagai hawa nafsu. Hawa nafsu cenderung kearah merugikan orang lain (kejahatan) dan kejahatan dilakukan orang karena mengikuti hawa nafsu. Ancaman atas kemerdekaan masyarakat, dan karena itu juga berarti ancaman terhadap kemerdekaan pribadi anggotanya ialah keinginan tak terbatas atau hawa nafsu tersebut, maka selain kemerdekaan, persamaan hak antara sesama manusia adalah esensi kemanusiaan yang harus ditegakkan. Realisasi persamaan dicapai dengan membatasi kemerdekaan. Kemerdekaan tak terbatas hanya dapat dipunyai satu orang, sedangkan untuk lebih satu orang, kemerdekaan tak terbatas tidak dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan, kemerdekaan seseorang dibatasi oleh kemerdekaan orang lain. Pelaksanaan kemerdekaan tak terbatas hanya berarti pemberian kemerdekaan kepada pihak yang kuat atas yang lemah (perbudakan dalam segala bentuknya), sudah tentu hak itu bertentangan dengan prinsip keadilan. Kemerdekaan dan keadilan merupakan dua nilai yang saling menopang. Sebab harga diri manusia terletak pada adanya hak bagi orang lain untuk mengembangkan kepribadiannya. Sebagai kawan hidup dengan tingkat yang sama. Anggota masyarakat harus saling menolong dalam membentuk masyarakat yang bahagia.
            Sejarah dan perkembangannya bukanlah suatu yang tidak mungkin dirubah. Hubungan yang benar antara manusia dengan sejarah bukanlah penyerahan pasif, tetapi sejarah ditentukan oleh manusia sendiri. Tanpa pengertian ini adanya azab Tuhan (akibat buruk) dan pahala (akibat baik) bagi satu amal perbuatan mustahil ditanggung manusia. Manusia merasakan akibat amal perbuatannya sesuai dengan ikhtiar. Dalam hidup ini (dalam sejarah) dalam hidup kemudian (sesudah sejarah). Semakin seseorang bersungguh-sungguh dalam kekuatan yang bertanggung jawab dengan kesadaran yang terus menerus akan tujuan dalam membentuk masyarakat semakin ia mendekati tujuan. Manusia mengenali dirinya sebagai makhluk yang nilai dan martabatnya dapat sepenuhnya dinyatakan, jika ia mempunyai kemerdekaan tidak saja mengatur hidupnya sendiri tetapi juga untuk memperbaiki dengan sesama manusia dalam lingkungan masyarakat. Dasar hidup gotong-royong ini ialah keistimewaan dan kecintaan sesama manusia dalam pengakuan akan adanya persamaan dan kehormatan bagi setiap orang.

8.  Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

            Berdasarkan ayat tersebut, maka jelaslah bahwa ajaran agama islam sangatlah menyeluruh dalam mengatur tatanan hidup bagi umatnya, yang dimana seluruh manusia yang ada dimuka bumi dianggap sama tidak ada perbedaan. Maksudnya adalah supaya tatanan hidup umat manusia yang ada di muka bumi seimbang dan saling memhargai antara satu dan lainnya.  
            Allah telah memberikan tanda kebesaran – kebesarannya dengan adanya hukum alam, sirkulasi hukum alam sebagai sunat tullah sangatlah berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia. Hubungan manusia  dengan manusia sebagai makhluk yang diamatkan untuk mengurus dunia ini maka kesolidan antaranya sangatlah di utamakan.  Maka dengan saling menghormati antara satu dan lainnya akan terbentuklah kesolidan serta dapat mengukuhan kemerdekaan hidup dan saling menghormati. Kemerdekaan bermasyarakat merupakan ancaman bagi kemerdekaan pribadi ialah keinginan tak terbatas atau hawa nafsu tersebut, maka selain dari kemerdekaan, persamaan hak antara manusia merupakan esensi kemanusiaan yang harus ditegakkan. Oleh karena itu, dalam pandangan islam manusia dibangun atas dasar kebersamaan, kebebasan dan persaman derajat. Ajaran agama islam yang menekankan terhadap keiman ini memberikan dampak sosial politik, yaitu penolakan terhadap perbudakaan, penjajahan, dan intimidasi yang melanggar kebebasan dan azas manusia (Said Aqil: 2006: 26 ).
BAB III
PENUTUP
A.       Simpulan
Agama adalah merupakan satu kepercayaan dan cara hidup yang mengandung faktor – faktor antara lain ( a ) percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai-nilai hidup, ( b ) percaya kepada wahyu Tuhan yang disampaikan kepada Rasul-Nya, ( c ) percaya dengan adanya hubungan antara Tuhan dengan manusia, ( d ) peraya dengan hubungan ini dapat mempengaruhi hidupnya sehari-hari, ( e ) percaya bahwa dengan matinya seseorang, ( f ) percaya dengan ibadat sebagai cara mengadakan hubungan dengan Tuhan, dan ( g ) percaya kepada keridlaan Tuhan sebagai tujuan hidup di dunia ini. Selain itu agama merupakan hal yang penting dan harus ada untuk bisa mengatur tatanan umatnya yang memeluk agama tersebut. Yang dimana dalam beragama kebebasan individual sangatlah diutamakan serta hormat menghormati antara manusia merupakan tolak ukur sejauhmana pemahaman terhadap umat beragama yang direalitakan dalam kehidupan sehari – hari dalam lingkungan masyarakat.

B.        Saran   
26
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekuranga oleh karena itu kami sebagai penulis meminta saran dan keritikan yang membangun dalam rangka menambah wahana keilmuan dalam karya tulis ini.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »