MAKNA MENCINTAI KEBERSIHAN

12:49 AM


                                                                                Mencintai Kebersihan

                Beliau adalah seorang wanita yang berkulit hitam, biasa dipanggil dengan panggilan Ummu Mahjan. Telah disebutkan didalam Ash-Shahih tanpa menyebutkan nama aslinya, bahwa beliau tinggal dimadinah [Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thabaqat]
                Beliau adalah seorang wanita miskin yang memiliki tubuh yang lemah. Untuk itu beliau tidak luput dari perhatian Rasulullah SAW sang pemimpin, sebab beliau senantiasa mengunjungi orang-orang miskin dan menanyai keadaan mereka dan memberi makan kepada mereka. Maka tidakkah anda tahu akan hal ini wahai para pemimpin rakyat?
                Beliau menyadari bahwa dirinya memiliki kewajiban terhadap akidahnya dan masyarakat islam. Lantas apa yang bisa dia laksanakan padahal beliau adalah seorang wanita yang tua dan lemah? Akan tetapi beliau sedikitpun tidak bimbang dan ragu, serta tidak menyisakan sedikitpun rasa putus asa dalam hatinya, karena putus asa adalah jalan yang tidak dikenai oleh hati orang-orang yang beriman.
                Begitulah, keimanan beliau telah menunjukan kepadanya untuk menunaikan tanggung jawabnya. Maka beliau senantiasa membersihkan kotoran dan dedaunan dari masjid dengan menyapu dan membuangnya ketempat sampah. Beliau senantiasa menjaga kebersihan rumah Allah, sebab masjid memiliki peran penting didalam islam. Disanalah berkumpulnya para pahlawan dan para ulama. Masjid ibarat parlemen yang sebanyak lima kali sehari digunakan sebagai wahana untuk bermusyawarah, saling memahami dan saling mencintai, sebagaimana pula masjid adalah universitas tarbiyah amaliyah yang mendasar membina umat. Begitulah fungsi masjid pada zaman Rasulullah SAW, demikian pula yang terjadi pada zaman khulafa’ur rasyidin dan begitu pula seharusnya peranan masjid hari ini hingga tegaknya hari kiamat.
                Untuk itulah Ummu Mahjan Radhiyallahu’anha tidak kendor semangatnya, sebab pekerjaan itu merupakan target yang dapat beliau kerjakan. Beliau tidak pernah meremehkan pentingnya membersihkan kotoran untuk membuat suasana yang nyaman bagi Rasulullah SAW dan para sahabat beliau dalam bermusyawarah yang senantiasa mereka kerjakan secara ritin.
                Ummu Mahjan Radhiyallahu’anha terus menerus menekuni pekerjaan tersebut hingga beliau wafat pada zaman Rasulullah SAW. Ketika wafat, para sahabat Ridhwanullahi’Alaihim membawa jenazahnya setelah malam menjelang dan mereka mendapati Rasulullah SAW masih tertidur. Mereka pun tidak ingat membangunkan beliau, sehingga mereka langsung menshalatkan dan menguburkannya diBaqi’ul Gharqad.
                Pagi harinya Rasulullah SAW merasa kehilangan wanita itu, kemudian beliau tanyakan kepada para sahabat, mereka menjawab, “Beliau telah dikubur wahai Rasulullah, kami telah mendatangi anda dan kami dapatkan anda masih dalam keadaan tidur sehingga kami tidak ingin membangunkan anada”. Maka beliau bersabda, “Marilah kita pergi!”. Lantas bersama para sahabat, Rasulullah pergi menuju kubur Ummu Mahjan. Maka Rasulullah SAW berdiri, sementara para sahabat berdiri bershaf-shaf dibelakang beliau, lantas Rasulullah SAW menshalatkannya dan bertakbir empat kali.
                “sesungguhnya kubur ini terisi dengan kegelapan atas penghuninya dan Allah meneranginya bagi mereka karena aku telah menyalatkannya”.
Semoga Allah merahmati Ummu Mahjan Radhiyallahu’anha yang sekalipun beliau seorang yang miskin dan lemah, akan tetapi beliau turut berpearan sesuai dengan kemampuannya. Beliau adalah pelajaran bagi kaum muslimin dalam perputaran sejarah bahwa tidak boleh menganggap sepele suatu amal sekalipun kecil.
                Oleh karena itu ia mendapatkan perhatian dari Rasulullah SAW hingga ia wagat. Sehingga beliau menyalahkan para sahabat beliau Ridhwanullahi’Alaihim yang tidak memberitahukan kepada beliu perihal kematiannya agar beliau dapat mengantarkan Ummu Mahjan ketempat tinggalnya yang terakhir didunia. Bahkan tidak vukup hanya demikian namun beliau bersegera menuju kuburannya untuk menshalatkannya agar Allah menerangi kuburnya dengan shalat beliau.
                Bagaimana setelah membaca cerita diatas?? Yuk, mari kita galakan hidup bersih dan sehat!!

                Kita juga tentu tahu, bagaimana Allah SWTmemerintahkan umat islam untuk membersihkan dan mensucikan diri terlebih dahulu sebelum menemui-Nya, yaitu berwudhu sebelum shalat. Meski suci disini tidak sama dengan suci dan bersih berdasarkan pendapat umum. Karena sesuatu yang bersih belum tentu suci menurut islam. Contohnya:
                Tayamum, yang merupakan pengganti wudhu, dilakukan ketika air sulit ditemukan. Tayamum dilakukan dengan menepukkan debu ketangan dan wajah. Sungguh aneh bukan, bagaimana mungkin debu dapat menggantikan air? Dapatkah debu membersihkan kotoran?
                “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni’mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur “. (Q.S. Al-Maidah:6)
                Ternyata jawabannya dapat! Belakangan ini ilmu pengetahuan dan sains membuktikan bahwa debu mampu mengangkat kotoran yaitu kotoran ‘elektron’ yang menempel pada tubuh kita. Untuk diketahui, kotoran jenis ini berpotensi mengganggu keseimbangan tubuh. Inilah yang dimaksudkan-Nya demi ‘menyempurnakan’ nikmat-Nya. Subhanallah.
                Temuan tersebut juga berhasil memberikan jawaban mengapa perintah wudhu ( dengan air ) itu cukup hanya dengan membasuhnya, bukan menyiram apalagi sampai menggunakan sabun. Dari temuan ini dapat disimpulkan  bahwa suci yang selama ini biasa diartikan sebagai bersih dari kotoran ternyata juga bersih dari kotoran ‘elektron’.
                Begitu pula dengan pepatah “kebersihan sebagian dari iman” yang sering dianggap sebagai hadits. Karena yang tepat Rasulullah bersabda: “ bersuci adalah sebagian dari iman”.
                Tidak jarang pula lingkungan sekolah, pesantren dan masjid yang notabene adalah tempat orang berilmupun keadaannya setali tiga uang alias sama kotor dan joroknya dengan tempat umum. Lupakah umat islam bahwa tempat yang kotor dan jorok adalah tempat yang paling disukai jin dan syaitan, musuh terbesar manusia.
                Begitupun berbagai bencana dan malapetaka seperti banjir misalnya, yang seringkali terjadi akibat tidak terjaganya kebersihan. Ini terjadi karena orang membuang sampah dibantaran sungai. Hingga akhirnya sungai menjadi dangkal dan tidak mampu menampung air yang melimpah ketika hujan datang. Ataupun berbagai jenis penyakit yang timbul karena orang tidak menjaga kebersihan. Misalnya tidak mencuci tangan sebelum makan, tidak menutup atau membungkus makanan dengan cukup baik hingga lalatpun datang mencicipinya. Atau meludan dan buang air sembarangan, tidak disiram pula hingga kumanpun bebas berkembang biak.
                Lalu kpan islam akan kembali mencapai puncaknya bila untuk menjaga kebersihan saja tidak mampu atau tidak mau?
Bagaimana kita bisa berharap pertolongan Allah akan datang bila sifat dan keinginan-Nya saja kita tidak tahu?

Artikel Terkait

Previous
Next Post »