Beliau
adalah seorang wanita yang berkulit hitam, biasa dipanggil dengan panggilan
Ummu Mahjan. Telah disebutkan didalam Ash-Shahih tanpa menyebutkan nama
aslinya, bahwa beliau tinggal dimadinah [Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thabaqat]
Beliau
adalah seorang wanita miskin yang memiliki tubuh yang lemah. Untuk itu beliau
tidak luput dari perhatian Rasulullah SAW sang pemimpin, sebab beliau
senantiasa mengunjungi orang-orang miskin dan menanyai keadaan mereka dan
memberi makan kepada mereka. Maka tidakkah anda tahu akan hal ini wahai para
pemimpin rakyat?
Beliau
menyadari bahwa dirinya memiliki kewajiban terhadap akidahnya dan masyarakat
islam. Lantas apa yang bisa dia laksanakan padahal beliau adalah seorang wanita
yang tua dan lemah? Akan tetapi beliau sedikitpun tidak bimbang dan ragu, serta
tidak menyisakan sedikitpun rasa putus asa dalam hatinya, karena putus asa
adalah jalan yang tidak dikenai oleh hati orang-orang yang beriman.
Begitulah,
keimanan beliau telah menunjukan kepadanya untuk menunaikan tanggung jawabnya.
Maka beliau senantiasa membersihkan kotoran dan dedaunan dari masjid dengan
menyapu dan membuangnya ketempat sampah. Beliau senantiasa menjaga kebersihan
rumah Allah, sebab masjid memiliki peran penting didalam islam. Disanalah
berkumpulnya para pahlawan dan para ulama. Masjid ibarat parlemen yang sebanyak
lima kali sehari digunakan sebagai wahana untuk bermusyawarah, saling memahami
dan saling mencintai, sebagaimana pula masjid adalah universitas tarbiyah
amaliyah yang mendasar membina umat. Begitulah fungsi masjid pada zaman
Rasulullah SAW, demikian pula yang terjadi pada zaman khulafa’ur rasyidin dan
begitu pula seharusnya peranan masjid hari ini hingga tegaknya hari kiamat.
Untuk
itulah Ummu Mahjan Radhiyallahu’anha tidak kendor semangatnya, sebab pekerjaan
itu merupakan target yang dapat beliau kerjakan. Beliau tidak pernah meremehkan
pentingnya membersihkan kotoran untuk membuat suasana yang nyaman bagi
Rasulullah SAW dan para sahabat beliau dalam bermusyawarah yang senantiasa
mereka kerjakan secara ritin.
Ummu
Mahjan Radhiyallahu’anha terus menerus menekuni pekerjaan tersebut hingga
beliau wafat pada zaman Rasulullah SAW. Ketika wafat, para sahabat
Ridhwanullahi’Alaihim membawa jenazahnya setelah malam menjelang dan mereka
mendapati Rasulullah SAW masih tertidur. Mereka pun tidak ingat membangunkan
beliau, sehingga mereka langsung menshalatkan dan menguburkannya diBaqi’ul
Gharqad.
Pagi
harinya Rasulullah SAW merasa kehilangan wanita itu, kemudian beliau tanyakan kepada
para sahabat, mereka menjawab, “Beliau telah dikubur wahai Rasulullah, kami
telah mendatangi anda dan kami dapatkan anda masih dalam keadaan tidur sehingga
kami tidak ingin membangunkan anada”. Maka beliau bersabda, “Marilah kita
pergi!”. Lantas bersama para sahabat, Rasulullah pergi menuju kubur Ummu
Mahjan. Maka Rasulullah SAW berdiri, sementara para sahabat berdiri
bershaf-shaf dibelakang beliau, lantas Rasulullah SAW menshalatkannya dan
bertakbir empat kali.
“sesungguhnya
kubur ini terisi dengan kegelapan atas penghuninya dan Allah meneranginya bagi
mereka karena aku telah menyalatkannya”.
Semoga Allah merahmati Ummu Mahjan Radhiyallahu’anha yang sekalipun beliau seorang yang miskin dan lemah, akan tetapi beliau turut berpearan sesuai dengan kemampuannya. Beliau adalah pelajaran bagi kaum muslimin dalam perputaran sejarah bahwa tidak boleh menganggap sepele suatu amal sekalipun kecil.
Semoga Allah merahmati Ummu Mahjan Radhiyallahu’anha yang sekalipun beliau seorang yang miskin dan lemah, akan tetapi beliau turut berpearan sesuai dengan kemampuannya. Beliau adalah pelajaran bagi kaum muslimin dalam perputaran sejarah bahwa tidak boleh menganggap sepele suatu amal sekalipun kecil.
Oleh
karena itu ia mendapatkan perhatian dari Rasulullah SAW hingga ia wagat.
Sehingga beliau menyalahkan para sahabat beliau Ridhwanullahi’Alaihim yang
tidak memberitahukan kepada beliu perihal kematiannya agar beliau dapat
mengantarkan Ummu Mahjan ketempat tinggalnya yang terakhir didunia. Bahkan
tidak vukup hanya demikian namun beliau bersegera menuju kuburannya untuk
menshalatkannya agar Allah menerangi kuburnya dengan shalat beliau.
Bagaimana
setelah membaca cerita diatas?? Yuk, mari kita galakan hidup bersih dan sehat!!
Kita
juga tentu tahu, bagaimana Allah SWTmemerintahkan umat islam untuk membersihkan
dan mensucikan diri terlebih dahulu sebelum menemui-Nya, yaitu berwudhu sebelum
shalat. Meski suci disini tidak sama dengan suci dan bersih berdasarkan
pendapat umum. Karena sesuatu yang bersih belum tentu suci menurut islam. Contohnya:
Tayamum,
yang merupakan pengganti wudhu, dilakukan ketika air sulit ditemukan. Tayamum
dilakukan dengan menepukkan debu ketangan dan wajah. Sungguh aneh bukan,
bagaimana mungkin debu dapat menggantikan air? Dapatkah debu membersihkan
kotoran?
“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan
siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,
dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu
tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni’mat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur “. (Q.S. Al-Maidah:6)
Ternyata
jawabannya dapat! Belakangan ini ilmu pengetahuan dan sains membuktikan bahwa
debu mampu mengangkat kotoran yaitu kotoran ‘elektron’ yang menempel pada tubuh
kita. Untuk diketahui, kotoran jenis ini berpotensi mengganggu keseimbangan
tubuh. Inilah yang dimaksudkan-Nya demi ‘menyempurnakan’ nikmat-Nya.
Subhanallah.
Temuan
tersebut juga berhasil memberikan jawaban mengapa perintah wudhu ( dengan air )
itu cukup hanya dengan membasuhnya, bukan menyiram apalagi sampai menggunakan
sabun. Dari temuan ini dapat disimpulkan
bahwa suci yang selama ini biasa diartikan sebagai bersih dari kotoran
ternyata juga bersih dari kotoran ‘elektron’.
Begitu
pula dengan pepatah “kebersihan sebagian dari iman” yang sering dianggap
sebagai hadits. Karena yang tepat Rasulullah bersabda: “ bersuci adalah
sebagian dari iman”.
Tidak
jarang pula lingkungan sekolah, pesantren dan masjid yang notabene adalah
tempat orang berilmupun keadaannya setali tiga uang alias sama kotor dan
joroknya dengan tempat umum. Lupakah umat islam bahwa tempat yang kotor dan
jorok adalah tempat yang paling disukai jin dan syaitan, musuh terbesar
manusia.
Begitupun
berbagai bencana dan malapetaka seperti banjir misalnya, yang seringkali
terjadi akibat tidak terjaganya kebersihan. Ini terjadi karena orang membuang
sampah dibantaran sungai. Hingga akhirnya sungai menjadi dangkal dan tidak
mampu menampung air yang melimpah ketika hujan datang. Ataupun berbagai jenis penyakit
yang timbul karena orang tidak menjaga kebersihan. Misalnya tidak mencuci
tangan sebelum makan, tidak menutup atau membungkus makanan dengan cukup baik
hingga lalatpun datang mencicipinya. Atau meludan dan buang air sembarangan,
tidak disiram pula hingga kumanpun bebas berkembang biak.
Lalu
kpan islam akan kembali mencapai puncaknya bila untuk menjaga kebersihan saja
tidak mampu atau tidak mau?
Bagaimana kita bisa berharap pertolongan Allah akan datang bila sifat dan keinginan-Nya saja kita tidak tahu?
Bagaimana kita bisa berharap pertolongan Allah akan datang bila sifat dan keinginan-Nya saja kita tidak tahu?
EmoticonEmoticon